Dan pada akhirnya, namaku sudah kamu letakkan dalam catatan lelahmu mempertahankan ketidakpastianku. Sungguh, sama sekali aku tidak ingin melepaskan genggamanmu bahkan mengendurkannya, hanya saja aku yang belum kuasa mengendalikan rasa dalam berbagai situasi, serta terlambatnya rasaku mengakui ketulusanmu. Tapi inilah waktunya, memang sudah semestinya ini terjadi selambat laun waktu berjalan, karena rasamu bagaikan abu yang menggantung di udara, selama yang kamu bisa bukan kepastian yang kamu dapatkan, melainkan luka, luka dan luka. Sungguh banyak luka yang kamu sembunyikan lalu perlahan kamu maafkan, tiada pun yang tahu kecuali dirimu dan Tuhanmu. Itulah dirimu dimataku, sosok tulus yang memiliki segala sesuatu luar biasa. sosok tulus yang selalu menghormati setiap langkahku, mempertahankan senyumanku, dan mati-matian menjaga hati untukku. Aku tidak pernah bertemu dengan seorangpun yang bisa bersisian dibandingkan denganmu. Namun sungguh disayangkan, kehadiranmu memang kurasakan, kesu...
Poros kehidupan mengitari cinta, berkaitan dengan hati dan menuntut logika. Sore ini ditemani si merah dilangit Barat yang biasa disebut senja aku menyaksikan sendiri bagaimana Cinta mampu menerangi yang telah redup, mensejajarkan hati dan logika sehingga menciptakan segaris haluan tentang makna mencintai tanpa harus memiliki, pun mencintai dengan bungkam hanya dalam sanubari