Langsung ke konten utama

Move Up Beeee

Sudah tidak seharusnya ada benci diantara cerita yang pernah terkisah. Kita bukan lagi bocah 7 tahun yang membenci temannya ketika mainannya direbut, atau membenci temannya ketika teman mainnya direbut. Kita sudah setengah jalan melewati bebatuan yang tersusun bernama kehidupan. Kali ini aku bukan membahas tentang hidup lagi, tetapi masa lampau. Masa yang sudah terlewati bahkan ada yang sudah tidak lagi ada dalam memori. Entah karena ada yang buruk atau memang tipe yang tidak suka mengenang hingga dengan ringan bisa begitu saja hilang dari ingatkan, masa lalu tidaklah seburuk itu. Dilupakan atau dipaksa terlupakan. Tidak akan ada jalan menuju hari ini kecuali jembatan yang disusun oleh kepingan kenangan masa lalu. Mungkin banyak air mata sehingga ketika sudah bahagia dengan otomatis dia tidak lagi menjadi topik utama. Mungkin ada sakit sehingga ketika sudah menemukan obatnya maka tidak ada antisipasi dengan pengalaman yang pernah dialami. Perlu kita ketahui bahwa masa yang benar-benar pernah kita jalani sendiri adalah guru terbaik kita di masa ini sehingga menentukan bagaimana kita di masa mendatang, benar bukan? Alternatif dariku kali ini adalah jadikan masa lalu sebagai cermin. Bagaimana mungkin? Sangat mungkin, cermin yang ketika kita ingin melihat diri kita, maka ada banyak bayangan yang tentunya kitalah yang terpampang disana. Putaran ulang kisah yang kita sendiri menjadi sutradara sekaligus tokoh utama. Maka kembali kita harus mengenang bagaimana dan sebagai apa kita dulu sebelum kita mendefinisikan sebagai apa kita sekarang. Kesalahan-kesalahan masa lalu bukanlah penyesalan obatnya, hanya membutuhkan kerja keras dan usaha maka tidak akan sia-sia kesalahan itu pernah kita buat. Apapun yang pernah terjadi, apapun yang pernah kita lakukan, semuanya murni bukan kehendak yang benar-benar kita inginkan dari hati. Kadang realita yang tidak sesuai ekspektasi, melemahkan setiap manusia yang tidak setegar Bunda Aisyah. Kadang harapan yang dipatahkan membuat kita takut untuk melangkah lagi berharap kembali. Kadang kecewa dan air mata yang kita keluarkan membuat kita ingin putus asa dan pergi dari tempat itu sekarang juga. Kadang hal yang kurang kita sukai atau yang membuat kita kurang nyaman membuat kita tidak mau lagi keluar dari zona nyaman. Tidak kawan. Bukan seperti itu cara menghadapi kerasnya hidup. Bukan seperti itu cara menyikapi masa lalu. Boleh sedih, tapi jangan berlarut. Boleh kecewa, tapi jangan dendam. Boleh putus asa, tapi jangan selamanya. Boleh letakkan sepotong demi sepotong kejadian sedih atau duka kedalam gerbang masalalu, tapi jangan dilupakan. Boleh meratap dan duduk atau enggan dulu bangun dari tempat kita tersungkur, dengan catatan setelah itu berdirilah tegak berlarilah kencang tersenyumlah manis. Gapai cahaya diujung sana yang sudah dijanjikan untuk mereka yang bangkit dari gagalnya. Tidak ada yang tidak pernah gagal. Tidak ada yang tidak pernah kalah. Orang yang sukses adalah mereka yang mau berdamai dengan masa lalu. Ingat! Bukan mereka yang bisa berdamai dengan masa lalu tapi mereka yang mau berdamai dengan masa lalu. Kenapa? Karena ada kemauan pasti ada jalan, tergantung bagaimana tekad kita, bulat atau masih sabit. Ketika kita mau melakukan sesuatu maka suatu saat kita akan bisa melakukannya. Ada yang sekali mencoba langsung bisa, ada yang lama berlatih tapi kurang bisa. Semua itu relatif. Semua orang tidak selalu pada bidang yang sama. Mereka punya kelebihan dan kekurangan masing-masing yang sudah digariskan. Tidak ada yang hanya mempunyai kelebihan tanpa kekurangan begitupun sebaliknya. Kita hidup bukan untuk mencari kesempurnaan. Maka tidaklah lebih baik menganggap masa lalu adalah hal yang sudah lalu hingga tidak perlu lagi diputar ulang. Masa lalu adalah guru terbaik. Karena masa lalu adalah pengalaman, dan pengalaman adalah guru terbaik. Jadi untuk kalian yang belum bisa berdamai dengan masa lalu, tidak ada salahnya mencoba. Kalian bukan tidak bisa tetapi tidak mau. Bulatkan tekad maka semuanya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERIMA KASIH AYAH

Ayah. Aku mengawali kalimat dengan topic yang aku bahagia ketiku menyebutnya tetapi sakit ketika menjabarkannya. Aku minta maaf ayah sudah meletakkan luka dalam gelar hebatmu. Aku minta maaf telah mengguyur air mata pada nama besarmu. Aku minta maaf ayah. Putrimu ini adalah seorang pengharap yah. Ya, sebelum ini putrimu sangat berharap besar kepadamu. Tentang keindahan kasih, ketulusan rasa dan kekuatan ikatan. Tetapi ternyata kau baik sekali ayah. Kau mengingatkanku kepada Allah, Tuhanku. Bahwa Allah tidak suka hambanya berharap kepada selain-Nya. Maka terima kasih ayah, engkau sudah menunjukkan hal besar yang aku lupakan. Kau tetaplah ayahku, doa yang setiap saat melangit agar ragamu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Meski dengan menyebutmu lukaku semakin merah berdarah, tetapi aku mencintaimu. Aku tetap mencintaimu. Jikapun ceritanya bukan seperti anggapanku selama ini, aku ikhlas ayah. Sekali lagi, kau mengajarkan keikhlasan yang begitu besar didalam jiwa putrimu ini. Kau meniti...

Bukankah Seimbang?

Sebagai gantinya, akan kusabarkan menunggumu yang entah bagaimana akhirnya. Sebelum ketetapan-Nya menjawab teka-teki perjalananmu, akan kupertahankan kesetiaanku. Kembalilah ke tempat dimana terakhir kali kamu memutuskan untuk melepaskanku jika terjadi sesuatu, aku akan tetap berdiri disana, selama Ridhallahu bersamaku. Bukan, aku bukan berharap yang tidak baik atas dirimu, aku hanya berusaha menebus kebodohanku yang telah lalu, karena tidak ada yang bisa menetapkan hati seorang manusia kecuali Allah Sang Pembolak Balik Hati. Pun jangan salah faham terhadapku, aku sama sekali tidak mendo'akan agar jalanmu berbatu, aku tetap menyelipkan doa untuk kebahagiaanmu disela-sela harapanku untuk keluargaku dan untukku sendiri. Sebagai manusia, aku hanya ingin berjaga-jaga jika ketentuan-Nya tidak selurus yang kamu dan semua orang harapkan termasuk aku. Karena kita hanyalah manusia biasa yang tidak pernah tahu bagaimana skenario-Nya bahkan rencana-Nya. Katakanlah aku seorang keras kepala, me...

INI UNTUKMU AYAH

Assalamu’alaikum Hai, salam kenal aku Salsa. Tulisan ini dibuat pada hari Selasa, 29 Juni 2021 tepatnya pukul 00.37 dini hari. Aku ingin sedikit bercerita tentang sosok hero terhebat yang pastinya sudah membuatku jatuh cinta sejak pertama kali indera penglihatanku menyapa alam. Mungkin dulu dialah sosok yang pertama kali tersenyum haru, bangga dan bahagia menyambut tangisanku yang nakal. Kalian tahu? Mungkin dulu Salsa kecil memanggil-manggil kedua malaikat yang akan selalu melindungi dan menyayanginya selama dia hidup, berupa tangisan yang memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya. Mengikarkan janji bahwa Salsa akan selalu menyayangi kedua malaikatnya selama dia pun masih hidup. Mungkin dulu sosok tangan kekar penuh keringat yang selalu menggendong dengan bangga putri kecilnya, lalu malaikat bermata teduh dan bermandikan peluh mencium lembut seraya berbisik “selamat dating nak, ini keluargamu, tempatmu pulang. Ayah dan Ibu akan selalu menjagamu”. Mereka selalu memberikan kasih sa...