Bumi sudah berputar berkali-kali, Bulan sudah melewati ribuan malam, matahari sudah tenggelam
terbit tak terhitung, maka sudah saatnya menjalani hari dengan biasa. Jika
sebelumnya kita pernah sakit karena cinta, maka hari ini harus sudah bisa
menerima. Jika sebelumnya kita terlalu mencintai hingga tak mungkin kita bisa
melupakan bahkan sampai hari ini, maka inilah saatnya move dari segala yang
terasa berat dan mustahil. Tidak ada yang bisa melakukannya kecuali diri kita
sendiri. Semuanya berawal dari kita. Maka jika kita terlalu mencintai, salahkan
saja diri kita sendiri mengapa dengan mudah percaya dan menjatuhkan hati kepada
sosok yang belum pasti adalah tulang rusuk kita. Maka jika kita tidak bisa
menghilangkan sebuah nama dari kalbu pun salahkan saja diri kita sendiri yang
tidak mau menghapusnya. Sesederhana itu aku bicara? Sesungguhnya itu bukan
kalimat sederhana. Kalian mungkin akan berfikir bahwa enteng sekali aku menulis
semua itu tanpa tahu bagaimana perasaan kalian sebenarnya, bagaimana beratnya, bagaimana
usaha yang tidak menghasilkan, dan bagaimana bangkit yang sia-sia. Jangan
salah, aku merasakannya. Aku remaja biasa yang juga sangat sulit menghapus
sebuah nama. Aku menulis kalimat demi kalimat disini karena aku pernah berada
di zona tersebut. Aku pernah sangat mencintai hingga pada akhirnya aku
kehilangan dan kecewa. Sebenarnya bukan dia yang salah karena memilih mundur tidak memperjuangkan, karena sudah aku sebutkan
tadi bahwa semuanya berawal dari diri sendiri. Maka disini akulah sendiri yang
andil dalam sebuah kesalahan. Aku yang sudah mencintai menerobos waktu yang
tepat. Jika kalian beranggapan bahwa aku sudah bisa melupakan maka kalian salah
lagi. Maklum manusia memang tempatnya salah. Bahkan hingga sekarang, sebuah
nama itu masih terpatri kuat ditempatnya semula. Aku bukan tidak bisa
menghapusnya. Aku bisa, tapi aku masih ingin menggenggam erat semua kenangan
dan kesalahan, karena dari mereka aku bisa banyak belajar bahwa mencintai tidak
harus selalu bersama. Bahkan yang saling mencintaipun kadang tidak bisa melawan
tabir yang takdir tetapkan. Teman-teman, jangan menentukan sendiri takdir
kalian. Sungguh hanya sia-sia yang kalian dapatkan. Jangan menghakimi cinta, belum
tentu yang saling mencintai memanglah sepasang tulang rusuk. Jangan paksakan
tulang rusuk yang berbeda untuk bersatu. Kita tidak pernah tahu siapa tulang
rusuk kita, kita tidak pernah tahu siapa yang akan mengucapkan akad suatu hari
nanti, jadi berhenti sok tahu sebelum malu. Tidak perlu mengklaim dia atau dia
adalah jodohmu, tidak perlu berusaha mati-matian mempertahankan sebuah hubungan
diluar halal, sekali lagi jangan menghakimi cinta. Tidak perlu mempertahankan
ketika bahkan yang dipertahankan seakan sudah tidak peduli. Jangan bodoh, dia
hanya akan mendongak bangga. Pada intinya jangan berjuang
sendiri. Apalagi perempuan, perempuan bukan untuk mengejar sebuah cinta.
Mahalnya perempuan maka pantas diperjuangkan, bukan memperjuangkan. Jaga
kehormatan jaga harga diri. Jangan mau dimiliki tanpa ada perjuangan nyata yang
diakui Negara. Perempuan mahal, maka sudah sewajarnya
terjaga.Kembali lagi bahwa akupun masih menyimpan sebuah nama, maka itu artinya
aku sudah berdosa dan menghakimi cinta. Maka sederhana saja, aku kecewa karena memang
murni dari diriku sendiri. Mengapa aku mencintai sebelum ada ikatan halal.
Mengapa aku begitu mengklaim sebuah tulang rusuk yang belum tentu dari sanalah
tulang rusukku diambil. Aku sudah pernah patah, hingga sudah lama aku patah
tetapi nama itu masih berdiri kokoh tak pernah lelah. Kenapa nama itu masih
disana? Berfikir realistis saja. Semisal tamu tidak dipersilahkan masuk maka
dia tidak akan masuk, maka sesungguhnya kitalah yang berkuasa disini. Tidak
mungkin bukan tamu dirumah kita tidak akan pergi jika kita sebagai tuannya
sudah mengusirnya? Seperti itulah sesungguhnya. Semua tergantung pada diri kita
sendiri. Memilih untuk mempertahankan sebuah nama yang sudah pasti membuat
patah atau menghilangkan sebelum patah. Terkadang menyadari memang terlambat,
jadi aku berharap dengan tulisan ini aku bisa membantu kalian dan diriku
sendiri bahwa apa yang kita pertahankan tidak selalu berakhir dalam genggaman.
Percuma bukan? Jadi stop dari sekarang sebelum ada sesal. Mari kita sama-sama
menitipkan salam untuk mereka yang sulit menghilangkan sebuah nama. Lalu mari
kita sama-sama me-reka ulang sebuah kesalahan dan jangan ulangi lagi. Kita bisa
jika kita mau, jangan menyerah meski seberapapun kita lelah, jangan mundur
meski seberapapun kita hancur, jangan putus asa meski seberapapun kita terluka.
Semua akan terbayar pada waktunya. Tidak ada yang lebih indah dari sebuah
hubungan halal yang saling mencintai kekurangan
Ayah. Aku mengawali kalimat dengan topic yang aku bahagia ketiku menyebutnya tetapi sakit ketika menjabarkannya. Aku minta maaf ayah sudah meletakkan luka dalam gelar hebatmu. Aku minta maaf telah mengguyur air mata pada nama besarmu. Aku minta maaf ayah. Putrimu ini adalah seorang pengharap yah. Ya, sebelum ini putrimu sangat berharap besar kepadamu. Tentang keindahan kasih, ketulusan rasa dan kekuatan ikatan. Tetapi ternyata kau baik sekali ayah. Kau mengingatkanku kepada Allah, Tuhanku. Bahwa Allah tidak suka hambanya berharap kepada selain-Nya. Maka terima kasih ayah, engkau sudah menunjukkan hal besar yang aku lupakan. Kau tetaplah ayahku, doa yang setiap saat melangit agar ragamu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Meski dengan menyebutmu lukaku semakin merah berdarah, tetapi aku mencintaimu. Aku tetap mencintaimu. Jikapun ceritanya bukan seperti anggapanku selama ini, aku ikhlas ayah. Sekali lagi, kau mengajarkan keikhlasan yang begitu besar didalam jiwa putrimu ini. Kau meniti...
Komentar
Posting Komentar