Aku mengerti bagaimana dirimu. Aku paham sebatu apa jalanmu. Dan aku lebih dari tahu gaya hidupmu. Disini aku berusaha untuk tidak mempedulikan semua itu. Aku berusaha memperbaiki jalanmu, melengkapi segala kekuranganmu, tersenyum menguatkanmu, dan segala hal tentang menerimamu. Aku sedang ingin memberikanmu ruang untukmu berjuang, aku sedang ingin memberikanmu pintu agar kau buka. Bukan aku tidak mau menyepadankan segala apa yang kamu usahakan, tetapi memang kaki sulit sekali untuk bertahan. Aku sama sekali tidak mengerti mengapa aku berada pada fase ini. Tidak juga sedikitpun terlintas bahwa sosokmulah yang datang memperjuangkan. Meski banyak alasan tentang ketidakmungkinan didalam kisah kita, tetapi aku yakin tentang definisi cinta. Bagaimana kuatnya sebuah kata menjalinkan ikatan tak terlepaskan, bagaimana kokohnya kaki berlari menembus asa yang hampir pergi. Aku yakin dengan segala kekuatan yang kita miliki, dunia akan lelah menghakimi. Saat ini aku hanya meminta satu hal kepadamu dari segala halku, tolong jangan patahkan keyakinanku lalu mematahkan harapanku. Karena kamu tidak pernah tahu bagaimana jatuh bangunnya aku mendirikan keyakinan ini tanpa bantuanmu
Ayah. Aku mengawali kalimat dengan topic yang aku bahagia ketiku menyebutnya tetapi sakit ketika menjabarkannya. Aku minta maaf ayah sudah meletakkan luka dalam gelar hebatmu. Aku minta maaf telah mengguyur air mata pada nama besarmu. Aku minta maaf ayah. Putrimu ini adalah seorang pengharap yah. Ya, sebelum ini putrimu sangat berharap besar kepadamu. Tentang keindahan kasih, ketulusan rasa dan kekuatan ikatan. Tetapi ternyata kau baik sekali ayah. Kau mengingatkanku kepada Allah, Tuhanku. Bahwa Allah tidak suka hambanya berharap kepada selain-Nya. Maka terima kasih ayah, engkau sudah menunjukkan hal besar yang aku lupakan. Kau tetaplah ayahku, doa yang setiap saat melangit agar ragamu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Meski dengan menyebutmu lukaku semakin merah berdarah, tetapi aku mencintaimu. Aku tetap mencintaimu. Jikapun ceritanya bukan seperti anggapanku selama ini, aku ikhlas ayah. Sekali lagi, kau mengajarkan keikhlasan yang begitu besar didalam jiwa putrimu ini. Kau meniti...
Komentar
Posting Komentar