Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Really I Hope

Tidak ada yang lebih sia-sia melebihi bertahan dalam cinta yang egois. Ketika aku memilih melabuhkan hatiku pada dermaga itu, aku berfikir akan siap menerima segala yang memang harus kuterima. Aku tidak akan ragu dipersimpangan pun berdiri dengan gusar. Tetapi ternyata yang aku angankan adalah masa yang belum terlewatkan. Aku lupa bahwa aku adalah manusia biasa yang tidak tahu ada apa didepan sana. Aku terlalu yakin bahwa jalanku akan lurus tanpa kelokan. Bahkan hidup manusia yang sudah diatur oleh-Nya saja penuh batu dan tak jarang terjal, bagaimana aku seyakin ini bahkan sebelum aku berada ditengah jalan? Sungguh aku tidak tahu apa yang kufikirkan kala itu. Entah karena cintaku atau memang kekuatan yang ada pada sikapnya. Hingga tibalah aku pada keraguan. Keraguan yang sangat melelahkan. Aku sudah bertahan diatas duri-duri kecil meski tak jarang aku terluka karenanya. Tetapi semakin lama aku bertahan semakin tinggi duri-duri itu pun semakin tajam runcingnya. Aku lelah dengan luka taj...

So, How Then?

Kemarin, peluhku adalah tentang meyakinkan diriku bahwa akan ada bahagia setelah hati ini kubuka. Aku berusaha dengan sekuat tenaga untuk percaya bahwa sosokmu tidaklah mengecewakan lagi, aku berusaha menerima apa yang sebenarnya sangat aku benci, dan berusaha bersabar atas segala egois yang masih kamu miliki. Namun kini, peluhku adalah tentang menahan segala rasa agar jangan sampai bermetamorfosis sempurna. Susah payah aku meyakinkan diriku, dan susah payah dirimu menjatuhkan berdirinya kakiku. Ketika semangat aku membukakan pintu menerimamu, pun semangatnya dirimu menggores luka transparan yang hebatnya baru kusadari sekarang. Jangan pernah bertanya bagaimana rasanya. Tidak ada yang akan baik-baik saja dengan hati yang patah. Segala ucapan yang pernah kamu lontarkan bagai balon yang terbang setelah penuh terisi angin. Lalu dengan bodohnya aku tetap berharap bahwa suatu saat balon-balon yang beterbangan belum meletus oleh panasnya mentari. Tolonglah, tolong berjalanlah pada lintasanmu...

Please, I'll Save You

Aku mengerti bagaimana dirimu. Aku paham sebatu apa jalanmu. Dan aku lebih dari tahu gaya hidupmu. Disini aku berusaha untuk tidak mempedulikan semua itu. Aku berusaha memperbaiki jalanmu, melengkapi segala kekuranganmu, tersenyum menguatkanmu, dan segala hal tentang menerimamu. Aku sedang ingin memberikanmu ruang untukmu berjuang, aku sedang ingin memberikanmu pintu agar kau buka. Bukan aku tidak mau menyepadankan segala apa yang kamu usahakan, tetapi memang kaki sulit sekali untuk bertahan. Aku sama sekali tidak mengerti mengapa aku berada pada fase ini. Tidak juga sedikitpun terlintas bahwa sosokmulah yang datang memperjuangkan. Meski banyak alasan tentang ketidakmungkinan didalam kisah kita, tetapi aku yakin tentang definisi cinta. Bagaimana kuatnya sebuah kata menjalinkan ikatan tak terlepaskan, bagaimana kokohnya kaki berlari menembus asa yang hampir pergi. Aku yakin dengan segala kekuatan yang kita miliki, dunia akan lelah menghakimi. Saat ini aku hanya meminta satu hal kepadamu...

Dari Pilihan Terbaik:)

Selanjutnya aku hanya ingin tabah pada rinduku yang entah bagaimana ujungnya. Bahkan aku sendiri pun tidak mengerti kemana rindu ini akan bermuara. Aku rindu memandangmu dengan mencuri. Aku rindu kamu yang memandangku dengan terang tidak seperti aku. Sebenarnya aku rindu semua itu. Sebenarnya aku tidak ingin lekas mengakhirkan jalan yang sudah beberapa langkah aku kesana. Tetapi prinsipku, segala keinginan dan impianku tiba-tiba bersangsi oleh dirimu. Bisakah semuanya membaik dan berjalan seperti ekspektasi jika genggamanmu aku perkuat? Bisakah segala harap yang dari sekian lama terencana tetap akan berjalan dengan adanya kamu disisiku? Aku masih bimbang dengan dirimu, aku masih bimbang dengan kita yang sangat berbeda. Impian dan segala kenyataan yang ada pada dirimu adalah perbandingan yang tidak setara. Bukan aku tidak mempercayai perjuangan serta segala usaha keringatmu. Aku sangat bersyukur bisa mengenal segala perjuanganmu itu. Tetapi akankah semuanya berakhir pada yang aku harapk...

Bukan dari Sisi Lukaku

Pada beberapa kesempatan, aku benar-benar berusaha untuk tidak memandangmu dari sisi lukaku, aku tahu semuanya adalah bentuk dari sebuah alasan. Bahkan aku mengetik ini pun dengan alasan. Aku mungkin pernah mendeklarasikan luka bebat ini, tetapi itu adalah dari sisiku. Aku belajar untuk tidak menyalahkan luka yang mungkin tidak sengaja berpihak kepadaku. Apakah berusaha memperbaiki namamu itu berat? Sangat berat. Bagaimana tidak? Sumber utama jalanku hampir berhenti adalah kamu. Lalu kini dengan satu alasan saja aku harus memaksa diriku untuk menjadikan namamu adalah nama bersejarah tetapi bukan tentang luka. Tetapi ternyata aku bisa! Aku bisa berdamai dengan metamorfosis luka. Meski pada awalnya menambah luka. Pada dasarnya, semua yang kita usahakan tidak sama sekali berujung kecewa. Setidaknya kita pernah mencoba, salah? Definisi gagal yang sebenarnya terletak pada mereka yang tidak pernah mencoba, entah takut dengan hasilnya atau memang tidak mau berusaha. Aku lega sekali. Berdamai....

Karma?

Aku tau aku salah. Sangat salah. Aku mencintai yang seharusnya tidak aku lukai. Karena cintaku adalah luka dikemudian harinya. Andai kamu tau nanti, pastilah karma yang akan kamu doakan untukku. Aku akan berusaha ikhlas jika nanti aku kehilanganmu. Karena jujur, awalnya, jika kamu beranggapan bahwa aku merasakan ada rasa yang berbeda ketika bersamamu yang mana itu membuatmu bahagia, semuanya salah! Itu salah! Aku tak pernah merasakan ada suasana berbeda jika aku berada disekitarmu yang aku yakini bahwa aku memang belum mencintaimu. Hanya saja aku berusaha untuk menghargai perasaan juga perjuanganmu demi mendapatkan ruang dihatiku. Inilah kesalahanku, membiarkanmu masuk jauh kedalam dimensiku dan menetap disana. Yang mana dilain sisi, tahta dihatiku belum bisa menerima kedatanganmu sebagai penduduk sekaligus raja baru di istana surgaku. Bodoh! Aku sungguh bodoh! Harusnya dari awal aku mengatakan sejujurnya tentang rasaku yang belum ada sama sekali untukmu. Tapi mulutku memilih untuk bun...

24-12-18(a)

Bagaimana bisa aku mencintaimu? Iya kamu yang kadang memandangku pun tidak Kamu yang hanya diam ketika berdua dan menjawab seadanya ketika aku bertanya Kamu yang lebih memilih bungkam daripada harus bersenda melepas lelah atau sejenisnya Kamu yang tak pernah menganggap aku lebih dari siapapun yang sedang bersamamu kala itu, just same, it's your friend Tapi dengan tidak berdosanya aku selalu mengharapkan bahwa suatu saat nanti kamu bisa mengubah sifat dinginmu itu padaku Dengan tidak tahu dirinya aku masih menganggapmu orang spesial diantara teman"mu dan berharap kamu pun sama sepertiku yang pada kenyataannya apa? Aku bukanlah siapa" dimatamu Jika kuceritakan, akan semakin jelas luka yang tertoreh, dan itu berasal dari tanganku sendiri Aku bodoh bukan? Sudah jelas sikapmu dingin kepadaku dan aku tau itu sebagai tanda bahwa dirimu terganggu akan aku, tapi aku masih setia pada namamu Aku buta bukan? Sudah jelas kamu adalah miliknya, tapi aku tetap memandangmu seakan kamu buk...